Kalo lo belum tau, Tentara zaman dulu punya 3 pertarung: Kavaleri, Infanteri dan prajurit Proyektil. Sekilas sistemnya sama kayak MBTI sekarang, dengan lo milih salah satunya, lo dapat baca karakter orang.
Seorang Raksasa kalah dalam pertarungan tunggal dari kelompok sebelah. Menurut cerita, si Raksasa memiliki beragam senjata yang bergelatungan di tubuhnya, baju zirah dari logam yang diyakini beratnya lebih dari massa tubuhnya sendiri dengan helm perang-mungkin sejenis chalcidian atau fragia-, serta kemampuan bertarung yang tidak perlu dipertanyakan-Perwira perang-.
Sedangkan di sudut bukit lainnya, Pegembala kecil yang bertubuh jauh lebih kecil mengamati. dia tau persis ketiga senjata yang dibawa Raksasa itu senjata jarak dekat, dia tau persis dengan satu tombakan yang dilemparkan dari lengan Raksasa itu dapat menembus hingga tulang belakangnya.
Tapi kemenangan tak terduga terjadi. Daud melontarkan batu ke arah dahi Raksasa, menajtuhkan Raksasa lalu dengan cepat memenggal kepalanya. Lalu cerita ini mulai melengeda, namun harusnya kita tau, hampir seluruh cerita itu adalah keliru.
Tapi kita lupa, Manusia memang suka lupa. Bahwa tidak ada kemenangan yang diperoleh tanpa persiapan. Tanpa rencana. Tanpa strategi. Mungkin sebagian orang akan melihat betapa beruntungnya Daud karena batu yang dilontarkan mengenai dahi diantara kedua mata raksasa itu. Namun mereka tidak tahu, bahwa hanya bagian itu merupakan satu-satunya kelemahan si Raksasa.
“Hadapilah aku!”
ini yang diinginkan si Raksasa, lawannya datang ke arahnya dengan amarah menggebu. Daud bisa saja meminjam Pedang dari anggotanya, tapi dia tau justru ayunan pedang akan berbalik ke ke ulu hatinya.
jadi yang dilakukan Daud adalah mencari titik lemah lawannya. lalu melepaskan ketapel dengan kecepatan tinggi-peneliti mengataan kecepatan setara dengan 34/35 meter perdetik- kecepatan yang cukup untuk menembus tengkorak kepala.
Mungkin orang-orang saat ini melihat sang Golia-si Raksasa-adalah musuh menakutkan. Tubuh yang besar, Zirah yang tebal dan berbagai senjata di tubuh justru membuat pergerakan lebih lambat, dan menjadi lambat berarti menunjukan kelemahan pada lawan.
— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —
Sebagian orang mungkin ngga sadar, kalo kita berada di dalam dunia berbentuk kurva U terbalik. Variabel X mungkin dapat meningkatkan atau menguatkan variabel Y hingga satu titik. yang tidak dilihat orang adalah bahwa variabel X dapat menurunkan Y setelah mencapai titik tertinggi. Tidak ada sesuatu baik yang meningkat terus tanpa adanya batas.
Baik pertarung Kalaveri yang digambarkan sebagai Golia, ataupun melontarkan batu seperti Proyektil. semua memiliki kelemahan tersendiri, dan yang perlu lo lakukan adalah terima kelemahan dan gunakan untuk menjadikannya sebagai peluang dan kemenangan.
see you around!
-by Ghina An