Seksisme: Diskriminatif yang disepelekan

Amber
3 min readJun 12, 2021

--

instagram: ngopi_official_

Beberapa hal seksisme yang sering kita dengar sehari-hari adalah

“ cewe hobi ghibah”

“ ceengeng atau baperan dianggap perempuan”

“cowo tuh harus tahan banting”

“Aduh, semoga kamu nanti anak pertamanya laki-laki ya! Biar ada yang jagain kamu.”

dan tentu masih banyak lagi. Natasha Walter menulis mengenai seksisme dalam bukunya yang berjudul Living Dolls: The Return Of Sexism. Natasha mendefinisikan seksisme sebagai “diskriminasi yang dilakukan terhadap orang lain berdasarkan jenis kelaminnya, sebagian besar perempuan” (Walter, 2013 : 4).

Sejarah Seksime sendiri menurut Peter Sterns, berawal dari zaman kuno saat manusia hidup mulai menetap, kemudian munculah hukum tertulis bahwa perempuan tidak boleh berpartisipasi dalam proses politik baik pemilihan ataupun memegang jabatan sebagai pemimpin. Istilah ini mulai dikenal luas sejak terjadinya Gerakan Pembebasan Perempuan Women’s Liberation Movement pada tahun 1960.

Menurut Mary Vetterling Braggin dalam Mills, seksisme merupakan sebuah pandangan, tindakan, ataupun pernyataan dianggap seksis jika “its uses constitutes, promotes, or exploits an unfair or irrelevant or impertinent distinction beetween the sexes.”. dimana hal ini digunakan untuk mengatur, mempromosikan, atau mengeksploitasi sebuah pembedaan yang tidak adil, tidak relevan, atau “kurang ajar” di antara jenis kelamin Mills, 1998 : 62.

Seksisme adalah suatu bentuk diskriminasi dikarenakan perbedaan gender atau jenis kelamin. Biasanya, perempuan ditempatkan dalam posisi lemah. Tindakan seksis sebagian besar bersumber dari stereotype dan keyakinan male chauvinist, yaitu bahwa laki-laki lebih superior dibandingkan perempuan.

Anggapan bahwa laki-laki adalah tulang punggung keluarga sementara perempuan hanya penghabis uang hasil kerja keras laki-laki. Selain itu, seksisme juga dapat dilihat dari banyaknya perempuan dalam lukisan maupun seni patung yang digambarkan sebagai objek pemuas fantasi dan hasrat seksual laki-laki. Berbeda dengan laki-laki yang sbeagian ebsar digambarkan sebagai sosok heroik, pejuang, dan yang patut dihormati layaknya pemimpin.

Seksisme bisa terjadi dalam berbagai lapisan kehidupan masyarakat. Salah satunya dengan mealalui bahasa atau yang dikenal sebagai sexist language. Misalnya kata perempuan yang diganti “betina”. atau kata lain seperti “lonte” yang ditujukan pada perempuan seolah semua pelakunya adalah perempuan.

Seiring dengan berkembangnya, munculah berbagai macam sexist. Menurut Watson, seksisme dapat digolongkan menjadi:

  1. Old Fashioned Sexism

Asumsi yang berkembang di sini adalah asumsi kuno mengenai perempuan atau laki-laki. Contohnya bahwa laki-laki lebih pintar dari perempuan, pemimpin harus berasal dari laki-laki, dan perempuan tidak perlu bersekeolah tinggi.

2. Modern Sexism

Modern sexism muncul dari anggapan bahwa perempuan dan laki-laki sudah setara dan sejajar dalam masyarakat. Seksisme modern mengabarkan fakta bahwa masih ada kasus diskriminasi gender misalkan dalam hal gaji, atau jumlah perempuan yang menjadi wakil di wilayah politik.

3. Ambivalent Sexism

Ada dua tipe seksisme ini yakni hostile dan benevolent. Hostile didasari oleh rasa benci terhadap jenis kelamin tertentu. Sementara benevolent sexism menganggap bahwa perempuan memiliki moral yang lebih baik dari kaum lakilaki karena itu harus dilindungi dengan baik.

Seksisme dapat diwujudkan dalam berbagai sikap atau kepercayaan, seperti:

1. Kepercayaan bahwa satu jenis kelamin/gender lebih berharga dari yang lain

2. Chauvinisme laki-laki atau perempuan

3. Sifat misogini (ketakutan terhadap kesetaraan perempuan) atau misandria (kebencian terhadap laki-laki)

4. Ketidak percayaan kepada orang yang memiliki jenis gender berbeda.

5. Adanya budaya “melabelkan” atau call out culture teradap gender.

6. Banyaknya public shaming mengenai kapablitias individu di sautu bidang

Meskipun menurut definisi sexism cenderung dialami oleh wanita. Namun pada kenyataanya laki-laki juga sering kerap kalli mendapatkan perlakuan ini. Dengan menghilangkan bahasa yang seksis maka kita berpeluang menghapuskan tindakan-tindakan diskriminatif baik pada peempuan maupun laki-laki.

Happines day all!

selengkapnya cek di postingan https://www.instagram.com/p/CQBKgxEnK1t/?utm_source=ig_web_copy_link

--

--

Amber
Amber

Written by Amber

Another word in Another World

No responses yet